Thursday, February 24, 2011

Poems for Woman : Kekuatan Sebuah Perubahan

Kekuatan Sebuah Pengharapan
Srikandi - Bogor

Harapan adalah pendamping bijak yang tidak akan pernah membiarkan kita menjadi putus asa. Harapan mampu mengubah kesedihan menjadi kebahagiaan. Harapan mampu mengubah rasa bersalah, kesedihan, sakit hati, dan kemarahan menjadi kedamaian dalam diri kita (Purnawan EA, Wellness).

Saya ingat seorang teman yang demikian takut membuat bayang-bayang harapan. Menurutnya, seumur hidup dia selalu saja mengalami kekecewaan. Apa yang diharapkan selalu kandas. Oleh karena itu, saat ini dia tidak mau berharap apa-apa lagi. Hidupnya kosong tidak mempunyai harapan. Ia menambahkan, lebih baik begitu daripada kecewa dan kecewa lagi. Dia kehilangan harapan dalam hidupnya.
Harapan adalah sumber kekuatan diri. Seseorang yang mempunyai harapan akan merasakan tambahan energi, tambahan tenaga pada dirinya. Perhatikan orang-orang yang berpenyakit berat. Seandainya orang tersebut mempunyai harapan untuk sembuh, keadaannya pasti lebih segar dan lebih baik daripada orang dengan penderitaan sama, tetapi hidup tidak berpengharapan (putus asa). Keadaan mereka lebih menyedihkan. Mereka hanya pasrah tidak mengharapkan apa-apa lagi selain hidup menunggu kematian.
Hidup adalah suatu perjalanan pribadi yang merupakan proses diri seorang manusia untuk melakukan lokakarya kehidupannya. Dia bisa menyatakan dirinya menerima kehidupan ini sebagai berkah yang harus dijalani dengan bersyukur atau sebagai beban karena harus menjalani suka duka kehidupan ini.
Kesejahteraan tiap orang ditentukan oleh besar usahanya untuk berbuat bagi dirinya sendiri. Bukan menyerahkan kesejahteraan dirinya atas usaha orang lain.
Suatu keputusan yang kita ambil dalam hidup ini, menentukan apa yang harus kita lakukan untuk mengisi hari yang sudah diberikan oleh Tuhan. Dalam sehari, waktunya sama banyak. Panjangnya pun sama, 24 jam per hari.
Cara kita mengisi detik-detik hidup menentukan yang akan kita rasakan dan dapatkan untuk hidup ini. Waktu yang diberikan Tuhan ibarat uang tabungan (deposito), bisa digunakan setiap hari tetapi perhitungannya berbeda-beda!
Menyelaraskan Diri
Kebahagiaan kita bukan lagi ditentukan oleh lingkungan atau kejadian yang menimpa diri kita, melainkan bagaimana kita menyikapi lingkungan dan situasi yang kita rasakan dan kita alami. Dan itu semua selalu berubah.
Orang yang bijaksana dalam menghadapi hidupnya selalu siap untuk mengikuti perubahan-perubahan tersebut dan mempersiapkan diri menjalani perubahan yang ada.
Contoh soal, di Korea, ada seorang presiden direktur yang berusia senja. Pada saat resesi melanda Korea beberapa tahun lalu, perusahaan orang tersebut mengalami kebangkrutan total sehingga seluruh karyawan termasuk presdir kehilangan pekerjaan. Tetapi, dia seorang yang matang jiwa raganya untuk menghadapi perubahan yang terjadi pada hidupnya. Dia tidak malu untuk melamar kerja ke restoran mewah untuk menjadi pelayan!
Dia melamar sebagai pelayan karena tenaganya hanya mampu untuk melakukan pekerjaan ringan, seperti mengganti taplak meja, mencatat order per meja, mempersilakan tamu menuju mejanya. Dia tidak meminta jabatan muluk-muluk karena dia tahu untuk mendapatkan jabatan tinggi tidak mudah pada zaman resesi seperti itu. Ia sangat bersyukur bisa diterima bekerja di saat usianya sudah lebih dari enam puluh tahun.
Kisah ini demikian membekas dalam ingatan saya dan berguna untuk saya jalankan dalam sisa hidup ini, yaitu tegar menerima perubahan.
Banyak di antara kita tidak bisa menyelaraskan diri dengan keadaan yang selalu berubah. Umumnya jika seseorang berada di atas, dia enggan untuk merasakan keadaan di bawah. Padahal, roda kehidupan itu selalu berputar, sebentar kita di atas, seketika kita sudah di bawah lagi.
Sebuah nasihat bijaksana untuk diingat:
"Jangan terlalu terlena saat kita beruntung. Jangan terlalu nelangsa pada saat kita gagal. Menang tanpa membual, kalah tanpa meratap. Menyikapi setiap perubahan dengan selalu bersyukur akan membuat hidup lebih tenang dan dapat berpikir dengan jernih"
Ada sebuah kisah nyata yang penulis saksikan langsung dalam kehidupan ini. Seorang pembantu rumah tangga yang setia bekerja kepada majikannya pemiliki toko roti yang sangat maju. Dia sudah bekerja selama lebih dari dua puluh tahun. Ia rajin menabung uang pemberian majikannya yang royal kepadanya.
Suatu saat, sang majikan mengalami kebangkrutan parah karena satu dua sebab. Dia kehilangan rumah tinggal, perusahaan, dan sebagainya. Nah, pada saat menyedihkan tersebut, sang pembantu menyerahkan tabungannya kepada majikannya untuk dijadikan sebagai modal. Dia berharap dan percaya, sang majikan bisa mendapatkan kembali kejayaannya di bidang usaha toko roti.
Yang terjadi kemudian, sang majikan beserta keluarganya tinggal di rumah kontrakan yang dibiayai oleh sang pembantu. Mereka kembali membuat pabrik roti kecil-kecilan. Sampai saat ini, toko roti tersebut berdiri kembali berkat harapan dan kepercayaan.
Kisah tersebut memperlihatkan kepada kita hidup senantiasa berubah. Tetapi kekuatan dari suatu harapan memberikan kekuatan yang tidak terhingga!
---------
Catatan
Pak Dad, TA dan KoKiers semua, apakabar? Semoga hari demi hari keadaan kita semakin baik, dalam arti yang positif.
Saya tidak menyangka, tulisan saya yang pernah tayang di koran SP 11 Februari 2003 ini, dikirimkan kembali oleh salah satu pembacanya minggu lalu. Dia sudah menyimpan tulisan ini sejak edisi cetak beredar. Saya tidak mengertti alasan dia mengirimkan kembali tulisan ini. Padahal, arsip tulisan ini di komputer saya sudah hilang saat komputer saya kena virus dan diservis.
Saya termanggu membaca kata demi kata dalam tulisan saya sendiri. Tidak berasa air mata mengalir karena saya merasa tulisan ini seolah menasihati diri saya sendiri. Saya harus beradaptasi dengan perubahan hidup. Mulai dari kehidupan bersama suami dan anak-anak, berlanjut hanya hidup berdua dengan suami karena anak-anak tumbuh dewasa dan hidup terpisah dari kami. Sekarang, suami telah berpulang dan saya harus terbiasa hidup sendirian.
Itulah siklus hidup. Kita tidak bisa bertahan dengan apa yang kita inginkan. Tapi kita mampu bertahan jika mampu beradaptasi dengan perubahan. Saya berharap perubahan di KoKI sejak Zev tiada memberi kemampuan bagi kita untuk tetap mempertahankan keberadaan KoKi, dengan segala hal yang bermanfaat bagi diri kita sendiri, juga bagi orang lain.
Semoga apa yang saya tulis, dan apa yang saya perbuat bisa dipertanggungjawabkan secara lahir batin. Saya mohon maaf jika ada pembaca yang tidak suka dengan apa yang saya tulis. Pilihan ada pada diri kita masing-masing.

Teriring salam bahagia untuk semua,
Srikandi – Bogor    -     Copas from KoKi Detik.Com

No comments: