Tuesday, April 13, 2010

Poems for Woman : Pergilah Kemana Hati Membawamu

Salah satu buku kesukaan gw (Va' Dove Ti Porta Il Cuore (Pergilah Kemana Hati Membawamu) - Susanna Tamaro) yang meskipun sudah berulang-ulang kali gw baca tapi masih juga belum kehabisan makna. Cerita tentang seorang nenek, Olga, yang menceritakan lika-liku kehidupannya kepada cucunya, Marta. Tentang pergulatan hatinya sebagai wanita di antara pilihan-pilihan di sepanjang kehidupan. Tentang kegelisahannya yang berada di ambang keraguan pilihan untuk berkeluarga atau tidak. Tentang pilihannya untuk jujur akan pernikahannya dengan Augusto demi sebuah anggapan keharusan untuk menikah, dan tentang pertemuannya dengan Ernesto, laki-laki yang dicintainya, yang adalah kakek kandung dari Marta. Tentang memilih dengan hati. Dan ini beberapa bagian kesukaan gw..

 
Tentang pilihan untuk berkeluarga..     
Aku berpikir suatu hari nanti aku menemukan seorang pemuda yang dapat ku ajak bicara hingga larut malam tanpa merasa lelah. Dan saat berbicara kami tersadar bahwa kami merasakan emosi yang sama dan melihat segala sesuatu dengan cara yang sama. Maka lalu cinta pun lahir, cinta yang didasarkan pada persahabatan, pada rasa saling menghargai, bukannya tipuan-tipuan murahan. Aku menginginkan persahabatan penuh kasih dengan seorang pria, jenis hubungan setara seperti yang sering ada antara seorang pria dan pria lain.Teman-temanku banyak, namun hubungan kami tak pernah dua arah. Teman-temanku hanya datang untuk menceritakan masalah percintaan mereka. Satu demi satu teman-temanku pun menikah. Pada suatu saat dalam hidupku, sepertinya aku tidak melakukan apa-apa kecuali menghadiri pesta pernikahan. Sejujurnya aku tidak merasakan di dalam diriku keinginan yang menyala-nyala untuk berkeluarga. Gagasan untuk melahirkan membuatku gelisah. Sebagai seorang anak, aku sangat menderita dan aku takut pada giliranku aku akan membuat seorang makhluk tak berdosa menderita seperti diriku. Pendek kata, dibandingkan perempuan-perempuan lain, hidupku bebas dan aku sangat takut kehilangan kebebasan ini.  


Tentang Augusto.. 
Apakah aku mencintainya, atau apakah semua ini kesalahan besar? Ketika kami di meja makan atau duduk-duduk di ruang tengah malamnya, aku akan memandangnya seraya bertanya-tanya, ‘Apakah yang kurasakan?’ Aku merasakan kelembutan, itu jelas, dan ia pun merasakan yang sama terhadapku, ‘Tapi apakah ini cinta? Apakah hanya ini?’ Karena aku tak pernah merasakan yang lainnya, aku tak bisa menjawab diriku sendiri. Segalanya berlangsung buruk: tak banyak perubahan setelah malam pertama yang mengecewakan. Perasaanku mengatakan bahwa lebih dari apapun, yang Augusto inginkan adalah menemukan seseorang di rumah pada jam makan, seseorang yang bisa dipamerkannya dengan bangga pada hari Minggu di gereja. Augusto pernah mengatakan pada musim semi burung jantan bernyanyi lebih keras untuk menarik perhatian betinanya hingga si betina bersedia membuat sarang bersamanya. Ia sendiri melakukan hal yang sama, namun begitu ia mendapatkan diriku di sarangnya, ia berhenti tertarik pada eksistensiku. Aku ada di sana, aku menjaga sarangnya agar tetap hangat, dan semua pun selesai.  

Tentang Ernesto.. 
Berada di dekat Ernesto beberapa hari itu membuatku merasa, untuk pertama kali dalam hidupku, bahwa tubuhku tak memiliki batas. Aku merasa ada semacam aura yang sulit dipahami yang membungkus tubuhku. Itulah yang terjadi padaku di minggu pertama itu. Pada suatu pagi enam hari setelah kedatanganku, aku memandang ke dalam cermin dan tersadar bahwa diriku telah menjadi wanita berbeda. Kulitku lebih halus, mataku lebih bercahaya, ketika berpakaian aku mulai bernyanyi, hal yang tak pernah kulakukan sejak kecil. Waktu kami tinggal sedikit, selama beberapa malam terakhir kami nyaris tidak tidur sama sekali, kami hanya tidur sebentar, cukup untuk memulihkan kekuatan. Ernesto sangat terpesona oleh masalah takdir. “Dalam kehidupan setiap lelaki,” katanya, “hanya ada seorang wanita. Bersama wanita itu dia akan mencapai persatuan yang sempurna. Dalam hidup setiap wanita hanya ada satu lelaki, dan bersamanya wanita itu menjadi lengkap.” Namun hanya sedikit, sangat sedikit manusia yang ditakdirkan untuk bertemu. Sisanya terpaksa hidup dalam ketidakpuasan, dalam kerinduan abadi. “Akan ada berapa banyak perjumpaan seperti kita?” katanya pada kegelapan kamar. “Satu dalam sepuluh ribu, satu dalam sejuta, satu dalam sepuluh juta?” Pasti satu dalam sepuluh juta. Pasangan-pasangan sisanya adalah hasil kompromi, ketertarikan dangkal yang bersifat sementara, daya tarik fisik, kemiripan karakter, atau sekedar kebiasaan. Setelah percakapan ini ia hanya bisa berkata, “Kita ini sangat beruntung ya kan? Siapa yang tahu ada apa di balik semua ini? Siapa yang tahu?” Pada hari kepulanganku, sementara menunggu kereta api di stasiun kecil itu, ia memeluk dan berbisik di telingaku, “Dalam kehidupan lampau manakah kita pernah berjumpa?” “Dalam banyak, begitu banyak kehidupan,” sahutku, dan aku pun mulai menangis. Di tasku, aku menyimpan alamatnya di Ferrara.

Tentang memilih dengan hati.. 
Saat usiamu bertambah, kau mungkin terdorong untuk mengubah sesuatu, mengubah yang keliru menjadi benar, namun setiap kali dorongan itu muncul, ingatlah bahwa perubahan paling penting pertama yang harus dilakukan ada di dalam dirimu sendiri. Berjuang untuk suatu gagasan tanpa terlebih dulu mengenal dirimu sendiri adalah hal paling berbahaya yang bisa dilakukan manusia. Dan kelak, di saat begitu banyak jalan terbentang di hadapanmu dan kau tak tahu jalan mana yang harus diambil, janganlah memilihnya dengan asal saja, tetapi duduklah dan tunggulah sesaat. Tariklah napas dalam-dalam, dengan penuh kepercayaan, seperti saat kau bernapas di hari pertamamu di dunia ini. Jangan biarkan apapun mengalihkan perhatianmu, tunggulah dan tunggulah lebih lama lagi. Berdiam dirilah, tetap hening, dan dengarkanlah hatimu. Lalu, ketika hati itu bicara, beranjaklah, dan pergilah kemana hati membawamu.

Thanx a lot Vin.. Luv u..

Dikutip dari Catatan Vina - My Dearest Friend at Facebook 

No comments: